Pembukaan lahan pertanian di perkotaan "jln Mahoni Kota Bengkulu"
Penulis : Tiara Jewingga Dipa (E1D021019)
Pendahuluan
Kelompok Wanita Tani (KWT) adalah salah satu lembaga masyarakat yang bisa menjadi kepanjangan tangan pemerintah untuk mendukung kesuksesan program ini. Tidak berbeda jauh dari hakikatnya, KWT di tengah perkotaan merupakan sebuah perkumpulan wanita yang melakukan kegiatan berhubungan dengan hasil pertanian meskipun lebih cenderung ke pengolahan atau hilirisasi. Jika dihubungkan dengan konsep urban farming, maka tujuan dari pemberdayaan ini adalah agar dapat ikut berpartisipasi menciptakan generasi masa depan yang sehat, cerdas, dan kuat. Bukan berarti tanpa kendala mensukseskan program urban farming pada KWT di tengah perkotaan. Program yang sering berganti nama (KRPL menjadi P2L misalnya) meskipun bertujuan sama, menjadi kendala pada saat pendampingannya, karena pastinya tahapan kegiatan juga akan berubah. Belum lagi keberlangsungan program ini juga dipertanyakan jika pemerintah tidak lagi mem-backup-nya. Selain itu minimnya pengetahuan tentang budidaya pertanian di lingkungan wanita perkotaan.
Metode
Metode yang dilakukan penulis ini adalah pandangan dari penulis serta dengan mencari informasi– informasi lainnya seperti bertanya dengan warga sekitar jl mahoni kota Bengkulu dan mencari informasi di media lainnya.
pembahasan
Sebagai langkah awal, pembinaan dan pendampingan
bisa dilakukan dari berbagai pihak baik dari pemerintah maupun swasta.
Peningkatan sumber daya manusia anggota KWT merupakan kegiatan prioritas guna keberlangsungan program. Tuntutan
kemandirian kelompok juga sangat mutlak diperlukan mengingat tidak selamanya
kegiatan akan di-backup oleh pemerintah. Karenanya ada beberapa tahapan yang
bisa dilakukan, selain untuk mensukseskan juga untuk mempertahankan
keberlangsungan program.
- Pertama, Tahap Penyuluhan. Pada tahap ini
diharapkan para anggota KWT bisa mengubah sikap, perilaku, dan ketrampilannya
terhadap pengetahuan budi daya pertanian, penganan pascapanen, dan pengolahan
hasil pertanian.
- Kedua, Tahap Pelatihan. Tahap ini mulai
memperkenalkan cara dan praktik budi daya yang lebih efektif dan efisien bagi
wanita di perkotaan, seperti metode bercocok tanam dengan hidroponik,
vertikultur atau irigasi tetes, dan sebagainya.
- Ketiga, Tahap Demplot. Pada tahap ini membutuhkan
biaya yang banyak, dukungan pemerintah dengan memfasilitasi kegiatan sangat
mendukung bagi terselenggaranya program, upaya pemeliharaan fasilitas oleh
kelompok juga diperlukan agar bisa digunakan secara terus menerus.
- Keempat, Tahap Pendampingan, selain untuk menjaga kontinuitas juga bisa menjadi upaya untuk pengembangan usaha yang bersifat ekonomis.
Dengan
tahapan ini anggota tidak hanya mengarah pada budidaya pemenuhan kebutuhan
primer, tetapi juga mengarah ke pemasaran yang bernilai ekonomis guna menambah
penghasilan rumah tangga. Bukan tidak mungkin membangun pertanian di tengah perkotaan pada era
saat ini. Dengan melibatkan semua pihak salah satunya para wanita yang
tergabung dalam wanita tani untuk menyediakan pangan yang sehat dan aman. Di
tangan para wanita ketersediaan dan keamanan pangan keluarga bisa menjadi cikal
bakal ketahanan pangan nasional. Dan, di tangan wanita pulalah makanan sehat
untuk generasi masa depan bisa tersaji.
Contoh
lahan pertanian di perkotaan dapat berupa:
Ø Memanfaatkan lahan-lahan pekarangan Pada dasarnya, setiap pekarangan memiliki ukuran beragam. Untuk itu pengelolaannya perlu disesuaikan dengan ukuran yang tersedia sehingga lebih mudah. Umumnya masyarakat perkotaan tinggal di kawasan perumahan, maka pengelolaan pekarangan dapat didasarkan pada tipe perumahannya
Ø Membuat kebun-kebun komunitas Mengembangkan pertanian di perkotaan dapat menggerakkan komunitas sosial seperti komunitas anak sekolah, komunitas pemuda, atau komunitas ibu rumah tangga. Lahan-lahan yang bisa dimanfaatkan adalah lahan-lahan yang tersedia di lingkungan kita seperti halaman sekolah, pinggir jalan, atau "lahanlahan tidur" di sekitar perumahan.
Ø Membuar kebun atap Salah satu kelemahan kawasan perkotaan utamanya pusat-pusat kota adalah sangat minimnya halaman atau pekarangan. Akan tetapi sejatinya kita dapat mendayagunakan atau memanfaatkan area atap untuk berbagai macam peruntukan seperti budidaya tanaman, area bersantal, atau bahkan untuk kolam. Pemanfaatan area atap tidak hanya sebagai bentuk optimasi lahan namun juga menjadi tren yang terus berkembang, untuk menambahkan elemen hijau pada bangunan-bangunan kota sekaligus sumber pangan bergizi yang dapat dinikmati hasilnya.
Ø Membuat kebun vertikal Lahan sempit di kawasan perkotaan seringkali menyebabkan kegiatan berkebun bukan menjadi aktivitas yang menarik untuk dikerjakan. Namun lahan-lahan terbatas tersebut dapat dimanfaatkan dengan membuat kebun vertikal. Sistem budidaya seperti ini disebut dengan vertikultur. Vertikultur pada dasarnya merupakan sistem budidaya pertanian dengan menggunakan wadah tanam vertikal atau bertingkat.
Daftar pustaka
Kunti penganti. 2021. Membangun
pertanian di perkotaan.
https://news.detik.com/kolom/d-5847474/membangun-pertanian-di-perkotaan
litbang. Metode
pertanian perkotaan.
http://ppid.pertanian.go.id/doc/1/model%20pertanian%20perkotaan.pdf
Komentar
Posting Komentar